[Intermezo] Kesalahpahaman dalam Kebiasan
Hallo! kali ini zulkaiser ingin menceritakan kisah yang lumayan unik. Mungkin anda semua juga pernah membacanya. Ini tentang sebuah 5 monyet yang belajar akan kebiasaan. Dimana kebiasaan tersebut akhirnya dijadikan acuan. Cerita ini sangat menarik karena selama ini kita meniru perilaku yang dilakukan oleh 5 monyet ini. Penasaran? simak kisah berikut.
Konon, ada lima ekor monyet yang dimasukkan ke dalam sebuah ruangan untuk keperluan penelitian. Di tengah ruang tersebut diletakkan tangga yang jika dipanjat bisa membuat monyet-monyet tersebut mencapai langit-langit, tepat di atas tangga tersebut sengaja digantungkan setandan pisang yang besar-besar. Di sekitar langit-langit juga dipasang penyemprot air ruangan seperti yang digunakan pada pusat perbelanjaan untuk mencegah luasnya kebakaran. Di setiap anak tangga dipasang sebuah sensor yang apabila diinjak maka akan mengaktifkan penyemprot air ruangan untuk menyemprotkan air dan membasahi seluruh ruangan. Ketika ruangan ditutup, monyet-monyet tersebut melihat pisang tersebut dan berlomba-lomba untuk meraih pisang tersebut. Tetapi karena satu-satunya jalan adalah melalui tangga tersebut dan tangga tersebut dipasangi sensor, maka ketika monyet tersebut mulai memanjat, penyemprot air segera menyemprotkan air dan membasahi seluruh ruangan serta monyet-monyet tersebut. Padahal monyet sama sekali tidak suka dengan air. Ketika monyet tersebut menghindar dari tangga, maka airpun berhenti.
Monyet-monyet tersebut sejenak terdiam saling kebingungan. Namun, karena insting hewani monyet-monyet tersebut melihat pisang tadi, maka mereka pun mencoba menaiki tangga itu lagi. Lalu penyemprot pun tetap menyemprotkan air dari langit-langit. Membasahi monyet-monyet tersebut. Monyet-monyet itu terdiam lagi, kemudian mencoba lagi. Pada akhirnya monyet-monyet itu mempelajari bahwa jika mereka menaiki tangga tersebut, maka penyemprot akan menyemprotkan air. Merekapun sepakat untuk tidak menyentuh tangga itu lagi dan siapapun yang menyentuh tangga itu akan disergap dan dimusuhi sampai dia sadar bahwa itu akan membahasi teman-temannya.
Beberapa saat kemudian, satu monyet basah dikeluarkan dari luar ruangan oleh peneliti. Kemudian diganti dengan monyet baru yang kering. Saat monyet itu dimasukkan, seketika ia langsung menuju tangga karena melihat setandan pisang di langit-langit. Tetapi 4 monyet yang ada di dalam ruangan tersebut segera memblokir jalan menuju tangga agar monyet baru itu tidak menyentuh tangga tersebut. Keempat monyet basah ini bersikap mengancam sehingga membuat monyet baru ini mengurungkan niatnya dan ikut duduk diam merapat di tembok.
Setelah beberapa saat, diambillah lagi seekor monyet yang basah dari dalam ruangan dan digantikan dengan monyet baru lagi yang kering. Monyet baru ini ketika dimasukkan pun berlaku serupa untuk mengambil pisang yang ada di langit-langit. Tetapi dihalangi empat monyet lainnya, termasuk monyet kering yang masuk sebelumnya. Ia diperlakukan sama sehingga mengurungkan niatnya untuk mengambil pisang dan ikut duduk terdiam. Peneliti terus mengganti monyet-monyet basah dengan yang kering dan selalu timbul hal yang sama, setiap kali monyet baru hendak memanjat, monyet lain semua menghalanginya. Kebiasaan tersebut terus terjadi hingga semua monyet yang ada di ruangan tersebut adalah monyet kering yang tidak pernah mengetahui bahwa menaiki tangga berakibat disemprotkannya air ke tubuh mereka dan membuat mereka basah. Mereka hanya mengulangi pola-pola yang sama sebelumnya. Yang ditularkan oleh monyet-monyet basah tanpa tahu apa yang terjadi dan apa alasan mereka untuk perlu mencegah sesamanya menaiki tangga tersebut.
Ya, dari kisah tersebut, saya punya gambaran tentang keadaan dimana keadaan ini hampir mirip dengan penilitian tersebut. Contohnya saja dalam hal pendidikan. Saat di sekolah, kita menerima materi pelajaran yang basis materinya mengikuti pola-pola yang sama dengan materi sebelumnya.Untuk saat ini, kita tidak pernah diajarkan untuk mempelajari hal-hal dasar dari materi tersebut. Kita hanya diajarkan untuk memulai materi tersebut. Banyak pengajar yang selalu mengajarkan sebuah materi yang saat memulainya mereka tidak mengajarkan aturan dasar atau postulat dari materi tersebut. Padahal, postulat tersebut sangat membantu dalam membangun suatu ilmu pengetahuan. Sekarang saya ingin tanya, berapa banyak yang tahu tentang Postulat dasar matematika? apakah itu diajarkan pada anda saat masih di level pemula? kebanyakan tidak. Mereka hanya menjelaskan ketika ditengah materi tersebut membutuhkan postulat tersebut. Kembali seperti di artikel Butterfly Effect, bahwa hal-hal kecil akan berdampak besar nantinya. Hal dasar yang akan diajarkan di awal juga akan berdampak besar saat sudah di level yang lebih tinggi. Contoh lain adalah dari penamaan sebuah benda. Pernah lihat batu? kenapa batu bisa dinamakan batu(rock)? kenapa pada zaman dahulu orang pertama yang menamakan benda tersebut menamakannya dengan batu(rock)? dan masyarakat sejak dulu sepakat untuk menamainya batu(rock)? Andai kata orang pertama yang menamakan benda tersebut sebagai batu menamainya dengan Es krim, dan masyarakat dahulu juga sepakat dinamakan es krim, pasti saat ini kita juga akan menerima bahwa benda tersebut bernama Es krim.
Jadi, terkadang kesalahpahaman akan kebiasaan akan berdampak panjang pada generasi-generasi berikutnya yang akan meneruskannya. Jika anda semua mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang akan dicontoh dan disepakati oleh generasi-generasi berikutnya, akankah anda akan mengubah kebiasaan anda agar lebih baik?
Semoga bermanfaat! - ZK
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
artikel yang bagus...sangat bermanfaat
BalasHapustrus berkreasi min...untuk kehidupan yang lebih baik
BalasHapussangat menginspirasi gan,,thanks..1000 jempol
BalasHapus