Pada artikel pertama di kategori ini, saya akan membahas tentang meremehkan orang lain. Atau biasa kita mengenalnya dengan Underestimate. Pernah nggak sih kita meremehkan orang lain? atau setidaknya tidak percaya pada orang lain? Pasti pernah kan? Sebenarnya, tindakan meremahkan orang lain ini bukanlah suatu tindakan yang baik. Bagaimana bisa? Mari kita bahas lebih lanjut!
Saya akan memulai dengan memberikan 3 cerita singkat yang berhubungan dengan meremehkan orang lain. Dimana 2 diantaranya adalah pengalaman pribadi saya. Saya harap anda membaca cerita ini agar memahami pembahasannya.
Cerita 1
Dulu, Saya berteman dekat dengan salah seorang teman sekelas saya. Dia anak yang pintar dan cerdas. Kita sering berbagi pikiran dan ide-ide tentang banyak hal. Nah, suatu ketika, dia bersama timnya mengikuti olimpiade sains tingkat kabupaten yang diadakan oleh himpunan mahasiswa tertentu. Pada babak penyisihan, tim mereka menduduki peringkat kedua dari tiga besar untuk lolos ke babak final. Kebetulan tim yang ada di peringkat pertama juga teman saya satu sekolah. Jadi 2 dari 3 finalis berasal dari sekolah saya. Kemudian teman dekat saya itu menceritakan tentang ketentuan lomba final. Dia bercerita bahwa lomba final ditentukan dengan presentasi tentang inovasi untuk daerah setempat. Dia meminta saran saya untuk memberikan gambaran ide untuk dipresentasikan. Akhirnya saya memberikan ide yang cukup aneh untuk dia. Pada saat itu saya bilang pada teman saya jika dia bisa menang mudah jika finalnya adalah presentasi inovasi. Karena tim yang ada di peringkat 1 pada waktu penyisihan menurut saya bukanlah tim yang pandai presentasi dan menuangkan ide. Disinilah letak saya meremehkan orang lain. Saat tanya apa ide yang akan mereka presentasikan pun menurut saya idenya bukanlah sesuatu yang wow. Disini saya mulai meremehkan lagi. Dan yakin bahwa teman dekat saya akan menang mudah. Setelah sekian hari dan ide di eksekusi, tibalah hari dimana lomba final diadakan. Saya memberikan ucapan Good Luck untuk kedua tim yang berasal dari sekolah saya. Setelah presentasi dan penilaian, tibalah saat pengumuman. dan ternyata teman saya yang saya remehkan mendapat juara 1. Dan teman dekat saya mendapatkan juara 2. Disitulah saya menyadari bahwa meremehkan orang lain adalah hal yang buruk.
Cerita 2
Ada seorang anak yang baru saja mengalami kecelakaan dengan sepeda motor. Dia dilarikan ke rumah sakit oleh ayahnya sendiri yang baru saja dikabari bahwa anaknya mengalami kecelakaan. Kondisi sang anak pun cukup kritis. Banyak pendarahan yang terjadi. Setelah sampai di rumah sakit, sang ayah langsung memanggil suster untuk membantunya membawa anaknya. Ayah dan suster itu segera membawa anak itu ke dalam ruang UGD. Sang ayah panik dan menanyakan kepada suster dimana dokternya berada. Sang suster pun segera menelpon dokternya. Setelah menelpon 2 kali tidak ada jawaban dari sang dokter, sang ayahpun marah dengan dokter yang tidak ada dirumah sakit itu. Setelah mencoba ketiga kalinya, akhirnya sang dokter menjawab telepon dan suster berkata "Halo dok, ini ada pasien yang kritis sangat membutuhkan pertolongan". Sang dokterpun tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sang ayahpun makin marah karena ada dokter yang meremehkan nyawa seseorang. Namun tidak beberapa lama, sang dokter pun datang ke UGD tersebut dan segera menolong anak tersebut tanpa berkata apa-apa kepada sang ayah. Setelah menjalani perawatan sekian jam, sang dokter pun keluar dari ruangan. Sang ayah pun segera mendatangi dokter itu. Dokter itu berkata bahwa kondisi anak tersebut sudah membaik dan tidak apa-apa. Namun sang ayah tetap geram dengan dokter yang hampir terlambat menangani pasien. Sang dokter pun hanya tersenyum kepada ayah tersebut sembari meninggalkan rumah sakit lagi. Sebelum meninggalkan rumah sakit, sang dokter terlihat sedikit berbincang dengan suster yang tadi kemudian menghilang keluar rumah sakit. Kemudian sang suster menghampiri ayah tersebut. Sang ayah bertanya kepada suster "Dokter itu sungguh tidak punya rasa kemanusiaan, dia sudah hampir terlambat menangani anak saya, setelah selesai di meninggalkan begitu saja." kemudian sang suster menjawab "Dokter itu sedang berduka pak, anaknya baru saja meninggal dunia karena kecelakaan. Dia tidak bisa dihubungi karena dia sedang berada di pemakaman anaknya. Tapi akhirnya dia menjawab telepon dan memutuskan kesini untuk menyelamatkan nyawa anak bapak. dia terburu-buru kembali ke pemakaman anaknya itu sehingga dia tidak bisa bicara banyak kepada bapak. Dia tidak ingin bapak mengalami seperti apa yang dialaminya."
Cerita 3
Dulu, saat kelas 3 SMA, saya mempunyai seorang teman yang cukup unik. Kebetulan dia adalah teman satu bangku saya. Namun, dia memiliki kebiasaan buruk, yaitu suka mengulur-ngulur waktu dan merumitkan sesuatu. Sesuatu yang harusnya bisa diselesaikan dengan cepat dan mudah, malah dia kerjakan dengan rumit. Namun uniknya, di kelas, dia ditunjuk sebagai ketua kelas di kelas saya. Awalnya dia juga tidak mau, namun karena tidak ada yang mengajukan diri sebagai ketua kelas termasuk saya, maka dia mau untuk menjadi ketua kelas. Namun saat menjadi ketua kelas, banyak yang bilang dia tidak tegas dll. Banyak teman saya yang meremehkan dia. Terkadang secara tidak sadar saya pun ikut meremehkannya. Namun, karena saya adalah teman sebangkunya, saya tau persis bagaimana kepribadiannya. Diluar kebiasaannya yang buruk itu, saya menilai bahwa dia adalah orang hebat yang bertanggung jawab. Walaupun dia kurang tegas, tapi dia benar-benar menjalankan tanggung jawabnya sebagai ketua kelas dengan sangat baik. Dia rela mengurangi waktu belajarnya untuk kepentingan kelas. Dia juga sering terlambat akhir-akhir ini. Namun yang membuat saya terkejut adalah ketika saya memfotokopi ijazah. Sebelumnya, saya ingin memfotokopi ijazah pada malam hari, namun karena sudah tutup, saya putuskan untuk fotokopi pada pagi hari sebelum berangkat sekolah. Pada esoknya, saya bangun kesiangan. Tapi saya tetap memutuskan fotokopi sebelum berangkat. Sekolah saya masuk jam 7.00 dan pada saat itu saya tiba di fotokopian sekitar jam 6.55. Saya kaget karena bertemu dengan teman saya itu berada di tempat fotokopian itu. Saat saya tanya sedang fotokopi apa, ternyata dia sedang memfotokopi berkas kelas yang digunakan untuk keperluan mendaftar perguruan tinggi. Berkas itu lumayan banyak. Akhirnya saya memutuskan untuk lanjut ke sekolah bersama dia setelah selesai fotokopi ijazah saya dan berkas. Kami tiba di sekolah pada pukul 7.20. Kami terlambat dan harus masuk dengan surat keterangan. Saya menyadari bahwa dia terlambat akhir-akhir ini karena sibuk mengurus kelas. Saya juga pernah tau dia lembur tugas kelompok sampai jam 2 pagi. Terbukti dari tugas TIK untuk membuat video tutorial mendesign. Saat saya lihat jam pada video tersebut, jamnya menunjukkan jam 2 pagi. Dia mengerjakannya semalaman.
Sudah sedikit mendapat inspirasi dari ketiga cerita diatas? Kadang orang yang kita remehkan malah bisa membuktikan sebaliknya dari apa yang telah kita ucapkan. Contoh saja pada cerita 1, saya meremehkan teman saya sendiri untuk bisa menjadi juara 1, karena saya rasa ide yang saya berikan pada teman dekat saya lebih hebat daripada idenya tim mereka. Tapi nyatanya, dia malah menjadi juara 1, dan teman saya menjadi juara 2. Pada cerita 2, sang ayah meremehkan dokter tersebut karena terlambat menangani pasien. Dia menilai dokter itu lalai dan tidak bertanggung jawab. Tapi dibalik keterlambatan dokter tersebut, ternyata sang dokter sedang mengalami duka. Akhirnya sang dokter pergi untuk menangani pasien tersebut dan rela meninggalkan upacara pemakaman anaknya. Pada cerita 3, hampir semua teman sekelas saya termasuk saya sempat meremehkan dia. Kita menilai begini begitu, tapi kenyataanya dia sangat bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan oleh teman sekelas bahkan sekolah. Dia bertanggung jawab dengan beban yang tidak dirasakan oleh teman-teman saya. Dia membuktikan bahwa dia mampu.
Saat mereka diremehkan oleh orang lain, mereka mempunyai dua pilihan. Menjadi 'Down' atau malah menjadikan remehan tersebut menjadi cambuk agar lebih semangat untuk membuktikan bahwa mereka yang meremehkan kita adalah salah. Mereka berhasil membuktikan bahwa mereka salah.
Kesimpulannya adalah, jangan pernah meremehkan orang lain. Kita tidak tahu apa yang ada dibalik mereka sebenarnya. Jika kita diremehkan, kita punya dua pilihan. Menjadi patah semangat atau malah bangkit? Itu tergantung kita. Semua orang punya kepribadian masing-masing. Ada yang bangkit karena disemangati, ada yang bangkit ketika diremehkan dan ada pula yang terlena karena dipuji, dan patah semangat ketika diremehkan. Semua tergantung persepsi kita. Think Perspective!
"The greatest pleasure in life is doing what people say you can't do"
Semoga bermanfaat! - ZK
Tidak ada komentar :
Posting Komentar